Senin, 28 November 2011

Kupu-kupu dengan Sayap Terindah



1. Purple Spotted Swallowtail
Kupu-kupu ini hanya dapat ditemukan di dataran tinggi Papua Nugini, kupu-kupu indah ini berasal dari keluarga Papilionidae, dan merupakan kupu-kupu yang sangat langka.









2. Red Lacewing
Red Lacewing merupakan salah satu jenis kupu-kupu yang tinggal diwilayah Filipina. Kupu-kupu ini bukanlah kupu-kupu yang termasuk dalam kategori terancam punah dan dapat dengan mudah ditemui di India, Nepal, China dan Indonesia. Dengan warna yang mencolok serta pola yang kompleks, kupu-kupu ini memang dapat dikatakan sebuah karya seni.


3. Blue Morpho
Kupu-kupu jenis ini merupakan jenis kupu-kupu yang memiliki warna biru metalik. Warnanya mengkilap sehingga membuatnya beda dalam penampilan. Kupu-Kupu Blue Morpho, memiliki lebar sayap hingga 8 inchi, jenis ini ditemukan di daerah Amerika Tengah dan Selatan serta di Meksiko.






4. Leopard Lacewing
Daerah Timur dunia adalah rumah bagi beberapa spesies kupu-kupu yang menarik, tapi mungkin yang paling mencolok adalah Lacewing Leopard. Berwarna cerah, dengan skema yang benar-benar unik dari pola di sayap. Jenis ini dapat ditemukan di India, Cina, Malaysia dan Singapura.








5. Peacock Butterfly
Eropa memiliki banyak jumlah spesies kupu-kupu indah, meskipun mungkin yang tercantik dan paling berwarna adalah Peacock Butterfly. Merupakan jenis yang artistik dalam hal penampilan. Jenis kupu-kupu yang menakjubkan ini dapat ditemukan di Eropa dan di daerah beriklim sedang di Asia. 


6. Australian Painted Lady
Benua Australia mungkin sebagian besar tertutupi oleh gurun, tetapi disana masih terdapat salah satu kupu-kupu yang paling menakjubkan di dunia yang bernama Australia Painted Lady Makhluk-makhluk yang sangat berwarna ini biasanya bermigrasi ke selatan.



7. Monarch Butterfly

Amerika Utara adalah rumah bagi "karya seni hidup" yang lain, yaitu Monarch Butterfly yang terkenal dengan motif sayap seperti jeruk dengan pola hitam, dan lebar sayap sekitar 4 inchi.
sumber: unik-aneh-langka.blogspot.com

Minggu, 27 November 2011

Pulau Galang, Saksi Bisu Pilunya Kisah Pengungsi Vietnam

Semua bermula ketika ratusan ribu penduduk Vietnam bagian selatan melarikan diri meninggalkan kampung halamannya untuk mengungsi ke negara lain pascaperang saudara di Vietnam sekitar 1980-an. Saat peristiwa itu terjadi, para pengungsi ini meninggalkan negaranya menggunakan perahu-perahu yang kondisinya memprihatinkan. Dalam satu perahu bisa ditempati 40-100 orang. Berbulan-bulan para pengungsi terombang-ambing di tengah perairan Laut Cina Selatan, tanpa tujuan yang jelas. Sebagian dari mereka ada yang meninggal di tengah lautan dan sebagian lagi dapat mencapai daratan, termasuk wilayah Indonesia, seperti Pulau Galang dan Tanjung Pinang.



Gelombang pengungsi ini menarik perhatian Komisi Tinggi Urusan Pengungsi PBB (UNHCR) dan Pemerintah Indonesia. Pulau Galang, tepatnya di Desa Sijantung, Kepulauan Riau, akhirnya disepakati untuk digunakan sebagai tempat penampungan sementara bagi para pengungsi. UNHCR dan Pemerintah Indonesia membangun berbagai fasilitas, seperti barak pengungsian, tempat ibadah, rumah sakit, dan sekolah, yang digunakan untuk memfasilitasi sekitar 250.000 pengungsi. 




Di tempat ini, para pengungsi Vietnam meneruskan hidupnya sepanjang tahun 1979-1996, hingga akhirnya mereka mendapat suaka di negara-negara maju yang mau menerima mereka ataupun dipulangkan ke Vietnam. Para pengungsi ini dikonsentrasikan di satu permukiman seluas 80 hektar dan tertutup interaksinya dengan penduduk setempat. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan, pengaturan, penjagaan keamanan, sekaligus untuk menghindari penyebaran penyakit kelamin Vietnam Rose yang dibawa oleh para pengungsi ini.

Saat ini, bekas kamp pengungsian tersebut dijadikan tempat wisata oleh pihak Otorita Batam sebagai salah satu upaya mewujudkan program Visit Batam 2010. Berkunjung ke tempat ini dapat mengingatkan Anda akan tragedi masa lalu yang menyebabkan ratusan ribu orang harus hengkang dari negaranya untuk mencari perlindungan.



Di kawasan ini, pengunjung dapat melihat beberapa monumen dan sisa peninggalan dari kamp pengungsian. Dari sisa-sisa peninggalan ini, pengunjung dapat membayangkan bagaimana para pengungsi Vietnam mencoba bertahan hidup, jauh dari tanah kelahirannya. Pengunjung yang memasuki pulau ini akan disambut dengan Patung Taman Humanity atau Patung Kemanusiaan. Patung ini menggambarkan sosok wanita yang bernama Tinhn Han Loai yang diperkosa oleh sesama pengungsi. Malu menanggung beban diperkosa, akhirnya ia memutuskan bunuh diri. Dalam rangka mengenang peristiwa tragis itulah maka patung ini dibuat oleh para pengungsi.

Pemerkosaan bukanlah satu-satunya tindakan kriminal yang dilakukan oleh para pengungsi. Beberapa dari mereka juga mencuri, bahkan membunuh. Oleh karena itulah sebuah penjara juga dibangun di tempat ini. Penjara ini digunakan untuk menahan para pengungsi yang melakukan tindakan-tindakan kriminal tersebut, juga untuk menahan pengungsi yang mencoba melarikan diri. Selain itu, bangunan penjara ini juga dijadikan markas satuan Brimob Polri yang bertugas di Pulau Galang.

Tak jauh dari Patung Taman Humanity, terdapat areal pemakaman yang bernama Ngha Trang Grave. Di sini, dimakamkan 503 pengungsi Vietnam yang meninggal karena berbagai penyakit yang mereka derita selama berlayar berbulan-bulan di laut lepas. Selain itu, depresi mental membuat kondisi fisik mereka semakin lemah. Kini, hampir setiap tahun banyak sanak keluarga dari yang meninggal ini datang ke Pulau Galang untuk berziarah.

Di pulau ini juga terdapat Monumen Perahu yang terdiri atas tiga perahu yang digunakan para pengungsi ketika meninggalkan Vietnam. Dengan perahu seperti itulah mereka selama berbulan-bulan mengarungi Laut Cina Selatan, hingga akhirnya tiba di Pulau Galang dan sekitarnya. Pada tahun 1996, perahu-perahu ini dengan sengaja ditenggelamkan oleh para pengungsi sebagai bentuk protes atas kebijakan UNHCR dan Pemerintah Indonesia yang ingin memulangkan sekitar 5.000 pengungsi.


Lima ribu pengungsi ini dipulangkan karena mereka tidak lolos tes untuk mendapatkan kewarganegaraan baru. Mereka tidak hanya menenggelamkan perahu sebagai bentuk protesnya, namun juga dengan membakarnya. Sepeninggal para pengungsi ini, oleh Pemerintah Otorita Batam, perahu ini diangkat ke daratan, diperbaiki, dan dipamerkan ke publik sebagai benda bernilai sejarah, yang mengingatkan pengunjung akan penderitaan para pengungsi tersebut.

Selain itu, berbagai tempat ibadah yang dulu dibangun untuk memfasilitasi pengungsi, juga masih ada hingga kini. Seperti, Vihara Quan Am Tu, Gereja Katolik Nha Tho Duc Me Vo Nhiem, gereja protestan, dan juga mushola. Vihara Quan Am TU, merupakan salah satu tempat ibadah yang paling mencolok di situ. Cat bangunan yang berwarna-warni membuat pengunjung dapat mengenalinya dari kejauhan.

Dalam bangunan ini, terdapat tiga patung berukuran besar dengan warna-warna yang mencolok. Di depannya terdapat patung naga raksasa yang seakan menjaga ketiga patung ini. Salah satu dari ketiga patung ini adalah Patung Dewi Guang Shi Pu Sha. Di bawah kaki patung sang dewi, terdapat plakat yang menceritakan bahwa dewi ini dapat memberikan hoki, jodoh, keharmonisan dalam rumah tangga, dan juga dapat memberi kepintaran serta mengabulkan cita-cita bagi anak-anak. Jika ingin mendapat berkat-berkat yang bisa diberikan oleh Dewi Guang Shi Pu Sha, maka pengunjung dapat berdoa, memohon sang dewi mengabulkan permintaan, setelah itu melemparkan koin ke arah dewi tersebut.

Salah satu tempat yang dapat memberikan gambaran jelas kepada pengunjung mengenai kehidupan sehari-hari para pengungsi adalah gedung bekas kantor UNHCR. Memasuki gedung ini, pengunjung dapat melihat foto seribu wajah pengungsi yang pernah tinggal di pulau tersebut. Selain itu, di gedung yang kini difungsikan sebagai kantor resepsionis dan sumber informasi bagi pengunjung, terdapat foto-foto berbagai peristiwa yang terjadi pada orang-orang Vietnam ini selama masa pengungsian.

Tempat ini, terletak sekitar 50 km dari pusat Kota Batam. Untuk memasuki pulau ini, pengunjung harus menyusuri Jembatan Barelang dan melewati beberapa pulau lainnya terlebih dahulu.  Dari bandara Hang Nadim yang terdapat di Jalan Hang Nadim, Batu Besar Batam, pengunjung dapat menggunakan kendaraan pribadi.

Namun, jika tidak memiliki kendaraan pribadi, juga dapat menggunakan Metro Trans atau angkutan umum di Kota Batam dari Jodoh tujuan Galang dengan tarif Rp 3.000-Rp 5.000. Atau pengunjung juga dapat menyewa taksi yang banyak melintas di sekitar bandara. Biaya sewa taksi memang akan lebih mahal daripada bus, tetapi pengunjung bisa lebih santai untuk menikmati perjalanan ini. Bisa juga dengan sewa mobil dengan biaya Rp 400.000-Rp 500.000 per hari.

Untuk memasuki lokasi bekas kamp pengungsi Vietnam ini pengunjung dikenakan tiket masuk seharga Rp 20.000-Rp 25.000 per mobil. Selain itu, berbagai tempat ibadah yang pernah dibangun pada masa pengungsian masih terawat dan dapat digunakan oleh para pengunjung hingga sekarang. 

Sabtu, 26 November 2011

Pulau Komodo

Kehadiran Taman Nasional Komodo yang menjadi salah satu nominator kompetisi voting populer “New 7 Wonder” saat ini cukup mengundang daya tarik. Kontroversi yang menyertai ajang tersebut tentu sama sekali tidak berpengaruh pada upaya-upaya intensif untuk terus menjaga kelestarian taman yang pada 1986 ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia.

Taman Nasional Komodo terletak antara Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur yang mencakup tiga pulau besar yaitu  Pulau Komodo, Pulau Padar, dan Pulau Rinca serta beberapa pulau kecil dengan wilayah darat seluas 603 km² dan wilayah total adalah 1817 km². Kawasan ini terletak di dalam wilayah Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Taman Nasional yang ditetapkan sebagai kawasan pelestarian hutan oleh menteri Kehutanan dengan luas 132.572 Ha ini pada awalnya dibentuk dengan tujuan melestarikan spesies komodo atau kadal raksasa  yang unik dan langka.

Komodo yang dikenal dengan nama ilmiah Varanus komodoensis adalah spesies kadal terbesar di dunia yang hidup di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Oleh penduduk setempat, komodo kerap disebut Ora.

Termasuk anggota famili biawak Varanidae, dan klad Toxicofera, komodo merupakan kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 m. Ukurannya yang besar ini berhubungan dengan gejala gigantisme pulau, yakni kecenderungan meraksasanya tubuh hewan-hewan tertentu yang hidup di pulau kecil terkait dengan tidak adanya mamalia karnivora di pulau tempat hidup komodo, dan laju metabolisme komodo yang kecil. Karena besar tubuhnya, kadal ini menduduki posisi predator puncak yang mendominasi ekosistem tempatnya hidup. 


Komodo ditemukan pada 1910. Habitat komodo di alam bebas telah menyusut dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. 
Selain karena kehadiran Komodo sendiri, panorama savana dan pemandangan bawah laut juga merupakan daya tarik pendukung yang sangat potensial. Wisata bahari misalnya, memancing, snorkeling, diving, kano, bersampan. Sedangkan di daratan, potensi wisata alam yang bisa dilakukan adalah pengamatan satwa, hiking, dan camping. Mengunjungi Taman Nasional Komodo dan menikmati pemandangan alam yang sangat menawan merupakan pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan.

Beberapa lokasi yang menarik untuk dikunjungi antara lain:

1. Loh Liang: merupakan daerah konsesi wisata yang dikelola oleh PT. Putri Naga Komodo (PT. PNK). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan satwa komodo, rusa, babi hutan, pengamatan burung, bermain kano dll.

2. Pantai Merah: merupakan pantai dangkal yang indah dengan terumbu karang yang menawan. Aktivitas yang biasa dilakukan oleh turis yang berkunjung adalah snorkeling atau mandi matahari.

3. Loh Sebita: Loh Sebita merupakan daerah mangrove dan aktivitas yang cukup menarik untuk dilakukan adalah pengamatan burung serta trekking.

4. Loh Buaya: merupakan daerah konsesi wisata yang dielola oleh PT. Putri Naga Komodo (PT. PNK). Aktivitas yang dapat dilakukan antara lain pengamatan satwa komodo, rusa, kerbau, burung, monyet ekor panjang, kuda liar, pengamatan burung, bermain kano, dll.

5. Pulau Kalong: Aktivitas yang dapat dikunjungi antara lain pengamatan koloni kelelawar dalam jumlah yang cukup besar. Pengamatan paling menarik dilakukan pada saat sore hari dimana kelelawar mulai keluar untuk mencari makan.

6. Golo Kode: Dari puncak bukit yang dikenal dengan Golo Kode, pengunjung dapat menyaksikan panorama dan bentang alam yang cukup fantastik karena keterwakilan berbagai tipe ekosistem dapat disaksikan dari tempat ini.

7. Selat Molo: selat yang memiliki arus deras seperti air sungai yang mengalir pada saat pasang.

Terdapat 36 situs penyelaman di dalam kawasan TN. Komodo. Yang sering dikunjungi oleh wisatawan mancanegara untuk menyelam dan snorkeling yakni: Pulau Tatawa, Pantai Merah, Gililawa Laut, Loh Dasami, Pillar Steen, Batu Bolong dan Taka Makasar.

Dengan dinominasikannya Pulau Komodo sebagai "New 7 Wonder", diharapkan dapat turut mendongkrak perekonomian masyarakat yang tinggal disekitar Pulau Komodo, dan tentunya juga semakin mengenalkan Indonesia dimata dunia Internasional sebagai negara dengan tempat pariwisata yang menarik dan kaya akan keindahan.